The Untold Love Story part 1
Author:
Choi Chan Bin
to be continued...
Genres:
Romance, Angst
Cast:
Super Junior’s Donghae, Son In Hee, Park Sungtae
Prolog:
Aku menatapnya yang mulai
memasuki gerbang check in di ariport. Aku merasakan sesak di dada. Sakit
rasanya. Apakah kita akan bertemu lagi setelah kau meninggalkanku? Atau ini kah
kali terakhirnya aku bertemu denganmu? Apakah aku masih bisa merasakan
genggaman tanganmu yang hangat sebelum waktunya tiba? Apakah aku masih bisa
melihat senyuman manis yang kau berikan untukku sebelum waktunya tiba? Dan, apakah
aku bisa menunggumu lebih lama lagi sebelum waktunya tiba? Aku tidak tahu, dan
tidak akan pernah tahu.
The Untold
Love Story
“Son
In Hee, kau sudah selesai?” teriak seorang namja yang sudah berdiri di depan
pintu kelas menungguku.
“Mm,
sebentar lagi. Oke selesai, Donghae-ah” jawabku.
Aku
dan Donghae sudah menjadi sahabat sejak kecil. Aku mengenalnya saat dulu ia
membantuku mencarikan gelang dari halmeoni yang terjatuh di sekitar padang. Ketika itu, umurku masih sekitar 8 tahun.
-Flashback-
“Hae, kau jaga!!” teriak Eunhyuk,
salah seorang temannya yang sedang ikut bermain petak umpet.
“Aish, aku lagi-_-” desah
Donghae.
“Makanya yang cepet dong!” kata
Sungmin melipat tangan. Donghae memicing menatap Sungmin, kemudian mendesah.
“Ah, ne, ne. 1, 2, 3,...” Donghae
mulai menutup mata dan menghitung. Semua temannya berlari berhamburan, mencari
tempat persembunyian. Tepat pada hitungan ke 10, Donghae membuka mata. Sepi.
Teman temannya pasti bersembunyi di suatu tempat yang sulit dilihat. Memang,
padang rumput sekitar rumahnya ini luas. Jadi, ada kemungkinan mereka
bersembunyi di balik pohon seberang atau berkamuflase.
“Aish, mereka bersembunyi jauh
sekali” gerutu Donghae. Donghae menghela napas, lalu mulai mencari. Ia mulai
mencari di balik semak, tapi hasilnya nihil. Ia mencoba mencari di atas pohon,
dan ia berhasil menemukan Eunhyuk.
“Sial, kali ini kau menemukanku”
gerutu Eunhyuk.
“Aku tau kau di atas sana, Hyuk.
Kakimu menggantung tadi” jawab Donghae, diselingi dengan tawa penuh kemenangan.
Ia mulai berlari lari kecil di
sekitar padang. Menyipitkan mata, agar melihat lebih jelas. Namun bukan
temannya lah yang ia lihat, melainkan seorang yeoja seumuran dengannya yang
sedang berlari lari kecil dengan gelisah. Donghae pun menghampirinya.
“Kau sedang apa?” tanya Donghae.
“Mencari sesuatu” jawab yeoja itu
singkat.
“Mencari apa?” tanya Donghae
lagi.
“Gelang dari halmeoni. Tadi jatuh
di sekitar sini, dan sekarang aku tidak dapat menemukannya” jawab yeoja itu
dengan wajah panik. Bajunya basah, tubuhnya juga mulai lelah, tapi ia tidak
menyerah untuk mencari gelang itu.
“Eottokhae? Aduh, nanti dimarahi
halmeoni” ucap yeoja itu lirih. Donghae melupakan permainannya tadi dan
membantu yeoja itu mencari gelang.
Yeoja itu terkejut saat melihat
Donghae membantunya. Ia merasa senang sekali, dan semakin semangat untuk
mencarinya.
“Gelangmu ada gambar biolanya
ya?” tanya Donghae tiba tiba.
“Ne”
“Ketemu!!” teriak Donghae dengan
mata berbinar. Yeoja itu dengan menatap Donghae disertai seulas senyum yang
mengembang di bibirnya.
“Aaaah, akhirnyaa. Kamsahamnida.
Neomu neomu kamsahamnida” beribu ribu ucapan terima kasih diungkapkan yeoja
itu.
“Jangan sampai hilang lagi ya!”
ujar Donghae. Yeoja itu hanya mengangguk.
“Ohya, namaku Lee Donghae” kata
Donghae sambil mengulurkan tangan.
“Mm, Son In Hee. Senang
berkenalan denganmu. Terima kasih atas bantuannya” yeoja yang bernama In Hee
itu mengulurkan tangan malu malu.
“DONGHAE-YA! KAU JAGA LAGI!!!”
teriak Leeteuk diikuti tawaan dari yang lain. Donghae yang baru sadar bahwa ia
sedang bermain petak umpet pun menepuk jidat.
“In Hee, sudah dulu ya. Besok
kita ketemu lagi disini, oke” ajak Donghae. In Hee mengangguk.
“Sampai bertemu besok” lambai
Donghae ke arah In Hee.
-flashback end-
“In
Hee?” tiba tiba Donghae berada disampingku dan menggerakkan tangannya di
hadapanku. Aku pun tersadar dari lamunanku.
“Tuh
kan ngelamun. Nanti kesambet loh” kata Donghae memperingati. Aku hanya
menatapnya sinis.
“Yah,
jangan marah dong. Sekarang ayo kita pulang!” katanya lalu menarik tanganku
paksa. Aku hanya menurut mengikutinya, karena kalau aku mengelak, dia pasti
akan berceramah panjang lebar.
Donghae’s
PoV
Dia.....melamun.
Apa yang sedang ada dipikirannya? Aku pun menghampirinya yang tengah duduk di
bangku kuliahnya.
“In
Hee?” tanyaku sambil menggerak gerakkan tangan di depan wajahnya. Ia pun
tersadar.
“Eh?
Ahmm, ya?” jawabnya gelagapan
“Tuh
kan ngelamun. Nanti kesambet loh” kataku. Matanya mulai memicing ke arahku.
“Yah
jangan marah dong. Sekarang ayo pulang!” ajakku dengan menarik paksa tangannya.
Ia hanya menurut
--
Still
Donghae’s PoV
Sepanjang
perjalanan menuju stasiun, kami belum bicara apa apa. Aku pun membuka
pembicaraan. Aku melihatnya yang mulai menggigil. Memang, udara di akhir musim
gugur ini sangat dingin. Aku pun memegang tangannya bermaksud untuk memberikan
kehangatan. Ia tersentak lalu menoleh ke arahku. Aku hanya tersenyum.
3
days later..........
“In
Hee!” panggil Sungtae, salah seorang temannya. Yang dipanggil menoleh mencari
sumber suara.
“Kau
sudah mendengar berita terbaru?” tanyanya.
“Berita?
Berita apa?” tanya In Hee balik.
“Ck,
ternyata kau benar benar belum tahu rupanya” decak Sungtae.
“Aish,
bagaimana aku mau tahu kalau kau tidak memberi tahuku” protes In Hee.
“Namjachingumu,
Lee Donghae dapat beasiswa kuliah di Juillard University selama 1 tahun” kata
Sungtae. In Hee terdiam.
“Asal
kau tahu, Donghae bukan namjachinguku” protes In Hee lagi.
“...dan
tadi kau bilang dia dapat beasiswa disana selama 1 tahun? Wah lama juga ya” In
Hee menanggapi dengan raut wajah yang sedih.
“Katanya,
dia kepergok oleh pengawas dari Juillard sedang bermain piano sambil bernyanyi
2 hari yang lalu. Dan pengawas dari Juillard itu menyukai permainan piano dan
suara Donghae” lanjut Sungtae. In Hee masih menunduk, berusaha untuk tidak
mendengarkan Sungtae. Namun, usahanya tentu tidak berhasil.
“In
Hee? Gwaen..chanayo?” tanya Sungtae hati hati. In Hee tidak menoleh. Ia terus
menunduk.
“Aku
tahu kau menyukainya. Dan aku yakin pasti kau tidak rela ditinggal dia” kata
Sungtae menatap In Hee dalam dalam. In Hee mendongak menatap Sungtae.
“Lalu,
aku harus bagaimana?” gumam In Hee lebih pada dirinya sendiri. Sungtae
tersenyum.
“Kau
harus memberi semangat padanya. Aku yakin dia pasti senang.” Jawab Sungtae
membuat In Hee mulai berfikir. Apakah dengan ia memberikan semangat untuknya akan
membuat dirinya lebih baik? In Hee sudah sakit, dan ia tidak ingin sakit itu
bertambah dan membuatnya menderita.
“...dan,
dia akan berangkat lusa” lanjut Sungtae membuyarkan lamunan In Hee.
“Lusa?
Secepat itukah?” gumam In Hee pada dirinya sendiri. In Hee kembali melamun.
Kring....
“Ah
In Hee, istirahat selesai. Ayo!” Sungtae menyadarkan In Hee dan menarik
tangannya.
In
Hee’s PoV
Kau harus memberi semangat
padanya. Aku yakin dia pasti senang.
Kata
kata itu terus terngiang di kepalaku. Apa aku bisa melewati hari tanpanya?
Bagiku, dia adalah penyemangat hidupku, meskipun ia tidak tahu apa yang
kuderita selama ini.
Tapi,
siapa aku ini baginya? Aku hanya seorang sahabatnya, tidak lebih. Aku juga
tidak punya hak untuk menahannya pergi. Seharusnya aku seorang sahabat
menyemangatinya, merelakannya, seperti yang dikatakan Sungtae tadi. Seharusnya.
Tapi mengapa hatiku berkata sebaliknya? Aku tidak ingin orang itu pergi
meninggalkanku di sini.
Pikiranku
mulai melantur. Aku tidak bisa berkonsentrasi sekarang. Yang ada di benakku
hanyalah Donghae, seorang namja penyemangat hidupku akan pergi jauh dariku.
“Son
In Hee” panggil dosenku. Aku masih tidak mendengarnya.
PLETAK!
“Aw”
ringisku. Aku pun tersadar dari lamunanku.
--
Akhirnya,
mata kuliah hari ini selesai. Biasanya, Donghae datang menjemputku di kelas.
Tapi tidak dengan hari ini. Mungkin dia sedang mengurus beasiswanya itu.
Pikiranku
langsung ke pembicaraanku dengan Sungtae tadi siang.
Lee
Donghae dapat beasiswa kuliah di Juillard University selama 1 tahun...
Kata
kata itu selalu terngiang di dalam otakku.
In
Hee kau ini kenapa? Donghae hanya pergi selama 1 tahun. Kau bisa tanpa dirinya
selama 1 tahun. In Hee kau pasti bisa.
Sesaat,
dadaku terasa sesak. Kupegangi dadaku sambil berlari. Aku pun duduk di taman kampus.
Mungkin karena aku berfikir terlalu keras tadi, sakit di dadaku pun kambuh.
Tiba tiba, aku mendengar suara yang begitu kukenal.
“In
Hee. Kau kenapa?” ternyata suara itu datang dari Donghae. Aku menoleh dan
melihatnya berlari lari kecil ke arahku.
“A..aku
tidak apa apa” kataku dan memalingkan wajah.
“Tapi..kau
mimisan” kata Donghae mengambil tissue. Aku pun tersentak. Kupegang hidungku,
dan ternyata benar. Hidungku memang mengeluarkan darah, namun bukan karena
mimisan. Secepat mungkin, aku berlari meninggalkannya.
“In
Hee, tunggu! IN HEE!!!” panggilnya, tapi aku tidak menghiraukannya.
Lanjutiiiinnn. Kalo nggak kita end ._.
ReplyDeleteBeneran nih yaaah bila lanjutin.... gimana? baal yak u,u
ReplyDelete