The Untold Love Story Part 2

Author: Chanbin

Genres: Romance, Angst

Cast: Super Junior Donghae, Super Junior Sungmin, Super Junior Eunhyuk,  Son In Hee


Previous Part

“In Hee. Kau kenapa?” ternyata suara itu datang dari Donghae. Aku menoleh dan melihatnya berlari lari kecil ke arahku.
“A..aku tidak apa apa” kataku dan memalingkan wajah.
“Tapi..kau mimisan” kata Donghae berusaha mengambil tissue. Aku pun tersentak. Kupegang hidungku, dan ternyata benar. Hidungku memang mengeluarkan darah, namun bukan karena mimisan. Secepat mungkin, aku berlari meninggalkannya.
“In Hee, tunggu! IN HEE!!!” panggilnya, tapi aku tidak menghiraukannya.




Donghae PoV
In Hee kenapa? Mengapa dia pergi? Padahal aku baru saja ingin memberinya tissue, dan memberitahunya soal beasiswa itu. Kurasa, sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk memberitahunya.

Keesokan harinya...............
“In Hee!” panggil Donghae sambil berlari lari kecil menghampiri In Hee. In Hee menoleh, dan tersenyum samar.
“Kamu tidak apa apa kan? Soalnya, kemarin kamu mimisan.” tanya Donghae dengan wajah khawatir. In Hee menggeleng.
“Aku tidak apa apa. Hanya mimisan biasa. Mungkin aku terlalu capek.” Jawab In Hee bohong.
“Hari ini ada acara?” tanya Donghae.
“Tidak, kenapa?” tanya In Hee balik.
“Aku ingin mengajakmu jalan jalan sepulang kuliah” kata Donghae dengan mata berbinar binar. In Hee hanya diam, masih memikirkan soal beasiswa itu.
“Aku sudah tahu” tiba tiba In Hee mengalihkan pembicaraan.
“Apa maksudmu?” tanya Donghae tidak mengerti.
“Aku tahu. Besok kamu akan pergi ke Amerika kan?” tanya In Hee dengan nada agak keras sambil menatap Donghae sejenak. Donghae terdiam.
“Maka dari itu, aku ingin menghabiskan waktu bersamamu” kata Donghae sambil memegang kedua pundak In Hee dan menatapnya. In Hee mendongak menatap Donghae.
“Bisakah kau pergi bersamaku hari ini? Atau paling tidak, sekadar jalan jalan singkat denganku?” ajak Donghae. In Hee bingung harus menjawab apa.
“Mengapa kau ingin bersamaku hari ini? Mm, maksudku, kau masih punya Hani. Hani juga temanmu” tanya In Hee. Donghae menatap In Hee, lalu tersenyum. Tapi tiba tiba Eunhyuk dan Sungmin datang memergoki Donghae dan In Hee.

In Hee’s PoV
“Ekhem... Apa kami mengganggu?” sela Sungmin. Donghae langsung melepaskan tangannya dari pundakku dan bersiul siul.
“Ah, kupikir kau menyukai Hani...” kata Eunhyuk.
Hani. Lagi lagi aku melupakan keberadaan orang itu, orang yang selama ini dekat dengan Donghae, dan sangat menyukai Donghae. 
“Tapi dibandingkan dengan In Hee, Donghae jauh lebih cocok dengannya” lanjut Eunhyuk. Aku yakin pipiku memerah saat mereka berkata begitu. Donghae hanya tertawa garing.
-
Eunhyuk dan Sungmin pun pergi dari kami, setelah melihat perkumpulan member di klub basket mereka. Dan akhirnya kami melanjutkan obrolan kami yang sempat tertunda.
“Kau belum menjawab pertanyaanku tadi. Mengapa kau ingin pergi bersamaku, bukan dengan Hani?” tanyaku. Donghae menatapku lekat-lekat, lalu menjawab.
“Karena kamu itu jauh lebih spesial darinya”
Deg. In Hee tidak bisa bernapas sekarang. Jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Dan, ia tenggelam didalam tatapan Donghae.
“Jadi.....kamu mau kan temani aku?” tanya Donghae kemudian. Aku tersenyum dan mengangguk.
“Nah begitu dong!” katanya lalu mengelus kepalaku lembut.
--
“Donghae-ya, sebenarnya kita mau kemana sih?” tanya In Hee dengan wajah kebingungan. In Hee tidak bisa melihat apa apa, karena matanya ditutup oleh tangan Donghae.
“Sabar dong! Yap, kita sampai” Donghae melepaskan tangannya dari mata In Hee. Mata In Hee tampak tercengang melihat apa yang ada di depannya.
“Donghae-ya? Ini....” In Hee tampak bingung, karena ia sekarang berada di atas N Seoul Tower, tempat dimana orang Korea percaya kalau sepasang kekasih memasang gembok di pagar, make a wish, dan membuang kuncinya. Filosofinya, cinta mereka akan abadi, seperti gembok yang mereka pasang. Tapi In Hee masih tidak mengerti mengapa Donghae mengajaknya ke sini.
In Hee menatap sekeliling. Ia melihat sepasang kekasih yang sedang memasang gembok dengan wajah berseri seri.
Masih sibuk dengan pikirannya sendiri, tiba tiba Donghae datang membawa 2 buah gembok berwarna pink pastel dan kertas yang siap ditulis.
“Hae, ini untuk...” In Hee menatap Donghae tak mengerti. Alisnya mengerut samar.
“Suuut.. ini gembokmu. Kita pasang sama sama ya!” potong Donghae, lalu memberikan gembok beserta kertasnya.
“Kamu duluan yang tulis, nanti baru aku” kata Donghae menyodorkan spidol dari kantung celananya pada In Hee.

In Hee’s PoV
Apa yang harus kutulis? Aku tidak pernah menulis hal-hal seperti ini. Hah, Donghae-ya, kau selalu saja membuatku kagum. Kau selalu mengajakku untuk mencoba hal hal baru. Tanpa sadar aku tersenyum senyum sendiri.
“In Hee? Kamu sudah selesai menulis?” tanya Donghae membuyarkan lamunanku tadi.
“Eh..nghh.belum. Aku bingung mau tulis apa” jawabku sambil membuang tatapan ke hutan yang ada di bawah Seoul Tower.
“Yasudah, aku dulu ya!” Ia mengambil spidol dari tanganku lalu menulis sesuatu. Tak perlu menunggu lama, ia selesai dan memberikan spidolnya padaku.
“Nulis apa sih? Kok kayaknya kamu lama banget?” tanya Donghae penasaran. Aku hanya diam.
“Ini. Kamu aja ya yang pasang. Aku mau liat liat” kataku lalu mencari objek pemandangan yang indah dipandang.

Donghae’s PoV
Dia agak menjauh dariku. Tatapannya begitu tenang dan teduh melihat pemandangan N Seoul Tower. Aku pun terhisap dengan pesonanya. Selama beberapa saat aku tidak sadarkan diri, seperti ragaku di sini namun jiwaku berada di depan matanya. Tapi tiba tiba kilat disertai petir yang besar menyadarkanku. Sejenak aku melihat pesan yang ia tulis di gembok.
Please be happy if i’m not beside you again. Saranghae <3
Aku membacanya sekali lagi. Aku tidak salah. Inilah yang ditulis In Hee. Apa maksudnya ini? Ternyata dugaanku selama ini benar. Ia.......menyukai seseorang. Sayangnya, seseorang itu bukan diriku. Entah siapa yang dimaksud In Hee itu, aku masih tidak mengerti dengan kata ‘please be happy if i’m not beside you again’. Memangnya dia mau pergi kemana?
Setelah memasang gembok, aku menghampirinya yang tetap tenang berdiri menatap pemandangan N Seoul Tower.
“In Hee, kita sudah selesai. Ayo pulang! Sepertinya Dewa Zeus sedang marah karena pusarnya dicolong Poseidon” godaku. Dia menoleh, lalu tertawa garing.
“Ahahaha, sepertinya akan ada pertempuran besar di sini. Ayo, sudah gerimis nih!” katanya lalu menarik tanganku. Kami pun turun dari N Seoul Tower dan pulang naik cable car menuju tempat parkir.
--
Author PoV
“Wah, hujannya makin deras. Bagaimana kita bisa mencapai tempat parkir kalau begini?” keluh In Hee. Udara kota Seoul semakin dingin dengan turunnya hujan. Hujan di akhir musim gugur bukan hal yang biasa di Seoul. Suhu udara bisa saja turun 15o dari biasanya.
Orang orang disekitar mereka berdua terlihat begitu mesra. Sudut mata In Hee menangkap seorang namja yang sedang merangkul tubuh yeoja-nya yang terlihat kedinginan.
Sementara Donghae masih memikirkan cara agar mereka bisa sampai tempat parkir tanpa basah sedikit pun.    
Mereka berdua sibuk dengan pikiran masing masing. Tiba tiba Donghae  melepas jaketnya dan memayungi kepala In Hee.
“Ayo. Kita pakai ini saja!” In Hee dan Donghae berlari di tengah rintik hujan. In Hee menatap Donghae yang terfokus pada jalanan, kemudian tersenyum. Tak lama, mereka pun sampai di tempat parkir. In Hee segera masuk ke dalam, diikuti dengan Donghae.
“Aaaaaahh...” Donghae menghela napas lega dan mulai menjalankan mobil. In Hee menatap Donghae yang duduk di sampingnya itu. In Hee baru sadar kalau ternyata wajah Donghae begitu putih, dan halus. Bibirnya yang tipis menambah keindahan wajahnya itu. In Hee tersenyum dan memalingkan wajahnya keluar jendela.
“In Hee, kau mau ke apartemenku?” tanya Donghae, membuka pembicaraan.
“Mwo? Kau pikir aku sebodoh itu!” jawab In Hee kesal, dan menyesali semua yang ia pikirkan tadi.
“Aish, bukan begitu. Mungkin kau bisa memasak sesuatu, atau bermain musik di sana. Ayolah. Kau sudah berjanji akan menemaniku hari ini, kan?” rayu Donghae. In Hee bingung, kemudian menatap Donghae.
“Ah, baiklah. Tapi janji kau tidak melakukan apapun.” In Hee kembali melihat keluar jendela. Donghae menoleh menatapnya lalu tertawa.
“Ahak, siapa yang akan melakukan itu padamu? Maldo andwae.”

Setelah obrolan tadi, suasana menjadi hening. In Hee masih terpaku pada pohon pohon yang basah dan Donghae fokus pada jalanan yang ada di depannya. Tapi tak lama kemudian In Hee tertidur, dengan kepala bersandar ke pintu mobil. Donghae baru menyadarinya ketika mobil sedang berhenti di lampu merah. Ia menatap wajah gadis itu dengan seksama, kemudian mengambil bantal kecil dari jok belakang. Kepala In Hee diangkat, dan diselipkan bantal kecil itu. In Hee kembali tertidur pulas dan terlihat sangat nyaman. Donghae tersenyum melihatnya.
“Bagaimana aku bisa belajar fokus di sana nanti kalau kau masih terus memenuhi benakku?” gumam Donghae.
--
In Hee’s PoV
“Nggh.. aku dimana?” tanyaku dalam keadaan setengah sadar. Penglihatanku masih buram, sehingga aku tidak bisa melihat semuanya dengan jelas. Tiba tiba ada suara yang terdengar samar ditelingaku.
“Oh, kau sudah bangun rupanya” kata Donghae sambil berdiri di ambang pintu dengan tangan berlipat. Aku segera bangun menyadari sesuatu.
“YAK APA YANG KAU LAKUKAN PADAKU??” tanyaku dengan suara membentak. Ia terlihat begitu kaget mendengar perkataanku.
“Calm down, aku tidak melakukan apa apa. Kamu tidur tadi, jadi aku menggendongmu kesini” katanya, mencoba menjelaskan. Tapi kemarahanku memuncak.
“TAPI MENGAPA KAMU TIDAK MEMBANGUNKANKU?” tanyaku, tidak terima.
“Aku sudah coba membangunkanmu, tapi kamu tetap tidak bangun. Jadi aku gendong kamu aja” jelasnya. Aku terdiam sesaat, lalu tertunduk. Malu rasanya memarahi orang karena pikiran pesimis yang tadi membisikkanku.
“Engg, ah begitu ya rupanya. M..mianhaeyo” kataku mencoba untuk minta maaf. Ia terlihat menghampiriku, kemudian duduk di sampingku. Ia menatapku yang masih tertunduk.
“Kamu....tahu dari mana kalau aku dapat beasiswa di Juillard?” tanyanya. Aku menoleh menatapnya, tapi tidak menjawab pertanyaannya. Aku berusaha untuk melupakan soal beasiswa itu, tapi ia mengungkitnya kembali. Sial.
“Ngg...dari Sungtae” kataku dan membuang muka ke arah jendela yang berada di samping tempat tidurnya.
“Bisakah kau membicarakan hal lain selain beasiswa?” tanyaku. Dia menatapku.
“Waeyo? Ah aku mengerti. Kau takut aku meninggalkanmu? Tenang saja, aku tidak akan begitu” katanya lalu mengelus rambutku yang masih acak-acakan. Disaat seperti ini kau masih sempat sempatnya bercanda, Lee Donghae? Kau ini, tidak pernah mengerti perasaanku.
“Pabo, bukan begitu. Cukup cari topik lain saja. Aku malas membicarakan hal itu” dustaku.
-
Author PoV
Setelah cukup lama berada di apartemen Donghae, Donghae mengantarkan In Hee pulang.
“Gomawo..” In Hee membungkuk, lalu berjalan masuk ke dalam apartemennya.
“Tunggu” cegat Donghae. In Hee menoleh. Donghae menarik tangan In Hee dan ia nyaris saja terjatuh. Dengan cepat, Donghae menangkap tubuhnya. Wajah mereka kini tinggal beberapa senti saja. Jantung In Hee berdegup cepat, dadanya berdesir hebat. In Hee menatap Donghae dengan tatapan puppy eye, membuat Donghae salah tingkah. Donghae pun membantu In Hee berdiri.
“Ngg.... apakah kau akan datang ke bandara besok?” tanya Donghae ragu ragu. In Hee mematung.
“Mm..entahlah” In Hee mengangkat bahunya lalu menatap Donghae. Sesaat mereka mematung, dan akhirnya tangan Donghae bergerak menyibak rambut In Hee dan menyentuh pipinya. Pipi In Hee terasa panas karena sentuhan itu. Donghae mendekatkan wajahnya ke wajah In Hee. Degup jantungnya mengalami percepatan gila gilaan. Tangannya berkeringat dingin.
“Aku harap, kamu datang besok” kata Donghae akhirnya. In Hee tercekat, merasa bodoh sudah berdebar dengan percuma tadi. Setelahnya, Donghae melepas tangannya dan pergi meninggalkan apartemen In Hee. In Hee mendengus kesal.
“Nappeun nom-_-” gerutu In Hee


to be continued...

Comments

Popular Posts